Syarat-syarat Ngurus KTP baru

ktp-depanHari pertama

Ini adalah pengalaman saya ngurus KTP dan Kartu Keluarga baru, pindah dari Tangerang ke Jakarta. Saya ketik dalam bentuk poin aja ya:

  1. Mintra surat pengantar Pindah KTP dari Kelurahan asal.
  2. Setelah dapat surat pengantar Pindah KTP dari Kelurahan, kemudian ke Kecamatan, bawa pasfoto ukuran 2×3 sebanyak 2 lembar, terserah warna atau hitam putih aja.
  3. Setelah dapat surat pengantar dari Kecamatan, kemudian ke kantor Catatan Sipil, jangan lupa juga siapkan pasfoto ukuran 2×3 atau 3×4 satu lembar, terserah warna atau hitam putih aja.

Hari kedua

  1. Setelah mendapat surat pengantar dari Catatan Sipil asal, langsung melapor ke RT tujuan alamat baru kita untuk meminta surat pengantar pembuatan KTP dan Kartu Keluarga baru.
  2. Setelah dapat surat pengantar dari Pak RT, lalu meluncur menuju kelurahan tujuan. Nantinya akan mendapat surat pengantar juga yang ditujukan untuk Catana Sipil di kantor kecamatan.
  3. Setelah dapat surat pengantar dari kelurahan, lalu menuju Kantor Kecamatan seksi Catatan Sipil. Dapat surat pengantar lagi (atau tepatnya klo saya tidak lupa, seperti isian kependudukan baru).
  4. Setelah dapat pengantar lagi, lalu menuju kelurahan, dan disana kita akan mendapat Resi KTP (KTP sementara). Butuh waktu 6 bulan untuk dapat KTP asli kita

Hari ke-180 (alias setelah 6 bulan lebih)

Nah, baru kita dapat KTP asli (yang ada nomor KTP-nya). Dan proses ini bisa dipercepat menjadi hanya dua hari saja, dengan membayar Rp 120.000,- (waduh, sistem pemerintahan kita makin buruk aja klo semua harus dan bisa disogok – red). Dan satu lagi catatan penting, sebenarnya pembuatan KTP ini, baik dalam mengurus surat pindah dari daerah asal maupun di daerah tujuan, tidak ada pungutan biaya. Salahnya saya waktu itu adalah, setelah misalnya selesai mendapatkan surat pengantar, saya tanyakan, “berapa Pak Biayanya kira2?”, dan dengan bijaksana, si Bapak biasanya selalu bilang, “Ah, adek, kita sama-sama saling membantu aja, tidak ditentukan berapa jumlahnya, terserah adek saja..”, dan dengan bijaksana pula, saya akan mengeluarkan minimal (karena kasihan, malu, atau bla2) Rp 10.000,-. Tapi setelah sampai di daerah tujuan, saya tidak menanyakan pertanyaan jitu tersebut (berapa harganya), dan hasilnya sangat menakjubkan, tidak ada yang berani minta, lah,, wong itu memang gratis, piye iki…