Pendahuluan
Profesi Widyaiswara (WI) tidak bisa terlepas dari kegiatan melakukan Pendidikan,Pengajaran maupun pelatihan,berhadapan dengan peserta pelatihan yang pada umumnya menggeluti profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) tentunya membutuhkan sebuah pendekatan metode dalam memberikan materi. Jabatan WI tentunya merupakan jabatan fungsional dalam karir ASN, dan kalau kita melihat UU Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN maka fungsi ASN adalah melakukan pelayanan Publik, melaksanakan pelayanan publik, dan menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
Salah satu indkator keberhasilan seorang Widyaiswara dalam memberikan pelayanan publik dalam bentuk pelatihan maupun pengajaran adalah kepuasan peserta yang didapatkan setelah selesai kegiatan dalam kelas, Hal ini bisa dilihat dari hasil eveluasi seorang Widyaiswara, namun terkadang peserta diklat dalam memberikan evaluasi masih dipenuhi rasa belas kasihan kepada seorang Widyaswara sehinggah praktis evaluasinya baik. Karena itu cara melihat secara langsung jika seorang peserta diklat puas akan materi yang diberikan oleh seroang Widyaiswara adalah peserta akan mengatakan “pak/bu kapan lagi anda akan masuk kedalam kelas kami untuk mengajar” inilah statement pengakuan langsung peserta diklat ketika merasakan kepuasan atas apa yang anda sampaikan.
Selain itu jika kemudian anda kembali masuk di kelas yang sama maka sambutan senyum dan kehangatan serta standing apllaus peserta akan mengiring anda kedalam kelas, inilah widyaiswara sejati bagi peserta diklat, kehadiran anda akan sangat dinantkan dan jika tidak masuk kedalam kelas seperti muncul kerinduan dari peserta.karena itu jadilah Widyaiswara the most important person yang senantiasa dinanti kedatangannya peserta diklat (Edi Abdullah – WI LAN).
Profesi Widyaiswara dalam Era Revolusi Industri 4.0
Pada saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri generasi ke empat (revolusi industri 4.0) yang bisa ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem digital, kecerdasan artifisial, dan visual. Perkembangan revolusi industri 4.0 menggunakan rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai pundi-pundi pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 sejak tahun 2018. Berbagai perubahan yang muncul dan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi dampak dari revolusi industri 4.0 antara lain meningkatkan mutu dunia pendidikan sehubungan pada era industri 4.0 ini dunia pendidikan harus memuat teknologi pada proses pembelajaranya.
Menurut Kepala LAN, perubahan pendekatan dalam pendidikan dan pelatihan aparatur sangat diperlukan karena adanya gerak laju perubahan di era revolusi industri 4.0. Hal ini menyebabkan semua pihak harus beradaptasi dan menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
“Kondisi ini menuntut adanya terobosan baru dalam bekerja, penggunaan cara-cara baru untuk memecahkan masalah, serta keharusan untuk memperhitungkan lagi dengan jeli dan detail kemampuan yang dimiliki dan kemungkinan-kemungkinan aspek apa saja yang bisa kita kembangkan,” (Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA – 2018).
Gadget dalam pembelajaran yang interaktif
Penggunaan gadget berkaitan dengan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi, oleh sebab itu biasanya terhubung dengan internet. Penggunaan internet sangat menunjang dalam gadget ini. Penggunaan gadget bisa terdiri dari beberapa cara. Apakah gadget tersebut digunakan sebagai tambahan dari pembelajaran konvensional, atau penunjang atau justru pengganti dalam model pembelajaran (Ayub Abdullah – 2019):
- Gadget sebagai tambahan dalam pembelajaran
Misalnya seorang pengajar pelajaran biologi memberikan materi tentang pencernaan. Materi tersebut sudah di jelaskan pengajar di kelas. Namun, jika belum jelas maka siswa boleh mengakses di internet di website yang telah di rekomendasikan oleh pengajar.
- Gadget sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran
Misalnya pelajaran sejarah, pengajar memberikan tugas untuk mencari tugas tentang matematika semial rumus tentang volume bangun ruang, Maka ini bisa dikatakan salah satu penunjang pembelajaran. Siswa menjadi aktif mencari tugas di internet tidak hanya aktif di media sosial saja.
- Gadget sebagai alternative pendukung pembelajaran
Misalnya, ada kasus pengajar sedang di tugaskan di luar kota. Sedangkan di sekolah memungkinkan untuk pembelajaran gadget dengan jarak jauh. Maka pengajar bisa memberikan tugas siswa melalui web atau e-learning yang ada.
Aplikasi gadget: Tik Tok
Dinamika pembelajaran dalam revolusi industri 4.0 tidak boleh lagi hanya mengimplementasikan cara yang konvensinal, terutama dalam pemilihan media pembelajaran. Media pembelajaran di era digital harus diselaraskan dengan perkembangan teknologi. Media pembelajaran haruslah menarik, dekat dan lekat dengan peserta didik, salah satunya adalah aplikasi Tik Tok.
Aplikasi Tik Tok hadir dengan predikat minim dari masyarakat, namun ironisnya rata-rata anak generasi Z sangat menikmati aplikasi ini, apabila digunakan serta dimediasi secara tepat maka Aplikasi Tik Tok akan menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik serta menyenangkan. Penggunaan Aplikasi Tik Tok sebagai media pembelajaran interaktif diharapkan membantu peserta didik dalam memahami dan menerima proses pembelajaran yang dilakukan pengajar. Media pembelajaran interaktif dapat mewakili apa yang belum bisa disampaikan pengajar dan proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Melalui aplikasi Tik Tok, seorang pengajar dapat dengan mudah menciptakan pembelajaran interaktif, sehingga dapat disesuaikan dengan lingkungan, situasi, dan kondisi dari peserta didik
Aplikasi Tik Tok adalah sebuah jaringan sosial dan platform video musik Tiongkok yang dluncurkan pada September 2016. Aplikasi tersebut membolehkan para pemakai untuk membuat video musik pendek mereka sendiri. Sepanjang kuartal pertama 2018, TikTok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak diunduh yakni 45,8 juta kali. Jumlah itu mengalahkan aplikasi populer lain semacam YouTube, WhatsApp, Facebook Messenger, dan Instagram (Fatimah Kartini Bohang, 2018). Menurut tekno.kompas.com ada sekitar 10 juta pengguna aktif aplikasi Tik Tok di Indonesia. Mayoritas dari pengguna aplikasi Tik Tok di Indonesia sendiri adalah anak milenial, usia sekolah, atau biasa dikenal dengan generasi Z.
Aplikasi Tik Tok sebagai Media Pembelajaran
Menurut I Wayan Santyasa (2007: 3), proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yakni pengajar (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Sedangkan bahan ajar adalah bahan- bahan atau materi ajar yang disusun secara sistematis yang digunakan pengajar dan siswa dalam proses pembelajaran (Paulina Pannen dan Purwanto, 2001). Dengan demikian media pembelajaran merupakan satu kesatuan dalam sistem pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa media pembelajaran, proses belajar mengajar tidak mungkin terjadi, paling tidak memerlukan satu medium untuk menyampaikan bahan ajar (Isroqm, 2013). Yusufhadi Miarso dalam (Mahnun, 2012) menyatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan pengajar dalam penggunaan media secara efektif adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajarnya.
Karaketristik ini antara lain adalah kematangan anak dan latar belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya. Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang disampaikan pengajar juga hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan media. Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media, yaitu:
- Pertama, fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media.
- Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara pengajar dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara pengajar dan siswa.
- Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan pengajar. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh pengajar.
Beberapa manfaat yang bisa dimanfaatkan dari aplikasi Tik Tok ini adalah sebagai berikut (Wisnu Nugroho Aji-2018):
- Keterampilan Menyimak
Menurut Arono, 2017 ”That interactive multimedia is an effective learning medium for improving critical listening skills for students. Learning media as one component in learning plays an important role for learning and can take place in accordance with the purpose of learning.” Bertolak dari pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa dibutuhkan media pembelajaran yang bersifat audio visual untuk dapat menunjang pembelajaran keterampilan menyimak. Sesuai dengan karakter dan fitur yang ditawarkan, aplikasi Tik Tok dapak mengakomodasi kebutuhan audio visual tersebut. Bahkan dengan adanya fitur duet, dapat menghadirkan pembelajaran menyimak yang bersifat kooperatif.
- Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami (Wahyuni Oktavia & Kunci, 2015). Proses penyampaian ide, gagasan, atau maksud dengan berbicara setiap individu berbeda-beda. Oleh karena itu, media pembelajaran harus didesain dengan tepat agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa secara menyeluruh.
- Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan cara seseorang dalam menuangkan gagasan atau ide ke dalam sebuah tulisan supaya orang lain dapat memahami dan mengerti informasi yang tertuang di dalamnya (Aji, 2016). Pengajar dapat memberikan gambar/rekaman terhadap sebuah objek tertentu dengan menggunakan fitur rekam. Setelah itu siswa diminta menulis teks deskripsi sesuai dengan objek yang telah diamati. Tulisan tersebut lantas dibacakan serta direkam dengan fitur rekam suara, dan yang terakhir adalah digabungkan sehingga menjadi video yang utuh. Kemudian hasil video tersebut disajikan dijejaring dan dievaluasi bersama.
- Keterampilan Membaca
Membaca merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap orang di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. Contoh pemanfaatannya adalah dalam membaca nyaring kompetensi dasar membaca teks berita. Pengajar dapat memanfaatkan aplikasi Tik Tok sebagai media presentasi praktik membaca berita oleh siswa. Siswa diminta untuk menyiapkan sebuah video rekam suatu pristiwa. Kemudian dengan fitur rekam suara, siswa diminta untuk membacakan teks berita sesuai dengan teknik yang tepat.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan dan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa Aplikasi Tik Tok bersama dengan pengunaan metode dan teknik yang tepat, dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang interaktif. Dengan fiturnya yang beragam dan kemudahan dalam pengoperasian, maka pemanfaatan aplikasi Tik Tok dapat diimplemtasikan dalam pembelajaran yang efektif.
SARAN
Untuk mengetahui kefektifan Aplikasi Tik Tok dalam meningkatkan pembelajaran, maka perlu dilakukan penelitan lanjutan.
Referensi:
Abdullah, Ayub, Pentingya Penggunaan Teknologi Untuk Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
Abdullah, Edi, Widyaiswara LAN, online: https://www.kompasiana.com/171717/5da527010d82307537379fd2/menjadi-widyaiswara-the-most-important-person
Aji, Wisnu Nugroho, Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 2018
Fatimah Kartini Bohang. (2018). Tik Tok Punya 10 Juta Pengguna Aktif di Indonesia – Kompas.com. Retrieved September 10, 2018, from https://tekno.kompas.com/read/2018/07/05/09531027/tik-tok-punya-10-jutapengguna-aktif-di-indonesia
Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA – 2018, online: http://lan.go.id/id/2016-01-05-13-26-55/berita/widyaiswara-memiliki-tanggung-jawab-dalam-pengembangan-kompetensi-asn